Welcome To My Blog. Arigatou

Kamis, 04 Januari 2018

Permasalahan Searh engine

Kenapa Kita Gak Bikin Sosial Media/Search Engine Sendiri?

Seperti biasa, ada topik-topik menarik yang ingin saya bahas kebetulan karena sedang maraknya boikot produk-produk amerika akibat pernyataan Presiden Amerika, Donald Trump yang menyatakan mendukung israel memindahkan ibukota-nya ke daerah Yerusalem. Saya di sini tidak akan membahas pernyataan kontroversial tersebut, tapi di sini saya akan sedikit memberikan saya tentang dunia IT, yaitu Mengapa Indonesia gak bikin sosial media atau search engine sendiri dan kenapa pemerintah gak mendukung?

Permasalahan

Jadi apa kaitannya boikot produk amerika dengan judul di atas? Well, sebenarnya ada beberapa oknum yang menyatakan bahwa kita harus memboikot Facebook, McDonalds dan Google lalu mulai beralih menggunakan produk lain seperti Geev yang menjadi search engine alternatif karena buatan anak indonesia. Sebenarnya yang perlu kalian ketahui, itu tidak sepenuhnya produk indonesia (https://id.techinasia.com/menyingka...), bahkan teknologi yang saya pakai untuk startup saya saja masih mengandalkan open-source dari Facebook dan Google.

Dari deskripsi di atas saja sudah menegaskan, kita semua masih bergantung dengan produk luar. Jadi apakah orang indonesia tidak mampu membuat sendiri?, jawabannya sederhana, MAMPU.

Namun yang perlu kalian ketahui, uang berputar selalu pada tempat yang aneh. Misalnya saja Bitcoin, anda bisa kaya tanpa effort sedikitpun, hanya menunggu investasi, selesai. Jadi apakah kalian mengetahui bisnis teknologi yang sebenarnya?

Melihat Kesuksesan Cina sebagai Amerikanya Asia

Cina telah menjadi salah satu negara dengan perkembangan teknologi terpesat di dunia dan menjadi tokoh penting di dunia. Kita tak akan asing mendengar yang namanya Jack Ma, yaitu orang terkaya di cina yang juga merupakan pendiri Startup bernama Alibaba. Bisnisnya tidak diragukan sukses besar dan membawa keuntungan bagi perekonomian cina. Namun dia bukan satu-satunya pemain besar di cina, mungkin kalian tak asing dengan Xiaomi, WeChat dan Baidu. Ya, mereka juga membawa peran besar dalam perkembangan teknologi di cina, bahkan banyak dari produk cina yang menggantikan peran seperti Twitter, Whatsapp, Google, Youtube dan sebagainya.

Jika kalian tahu, kalian tidak akan bisa membuka produk-produk amerika yang saya sebutkan di atas kalau kalian di cina. Semuanya sudah diblokir dan membuat perubahan besar dari cara pandang masyarakat cina. Pertanyaannya, kenapa diblokir?

Well, pertanyaan tersebut harusnya dijawab oleh pemerintah sana, tapi poin pentingnya adalah cina sudah bisa mandiri bahkan menduplikasi produk luar yang sudah terkenal bagi kalangan kita. Baidu dan Yandex yang merupakan pengganti Google sudah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat cina yang terkenal banyak.

Lalu bagaimana cina dapat menduplikasi produk luar?


Cina tak sembarang melakukan duplikasi, mereka sudah memiliki Framework/Cara kerja sendiri yang diadaptasi dari Amerika. Dukungan pemerintahnya pun sangat kuat, akibatnya perkembangan mereka jauh lebih cepat di luar dugaan. Konsumennya pun sangat mendukung dalam hal ini.

Bisnis adalah kunci utama

Pertanyaan saya cukup sederhana, dari mana Instagram, Facebook, Google, Twitter, Line mendapatkan uang?

Jika kamu sudah bisa menjawab pertanyaan saya, kamu harusnya sudah mendapatkan poin bahwa semua berhubungan dengan uang. Tak ada seorang pun yang mau nekat membuat hal yang sudah ada lalu bersaing dengan pemain yang sudah memonopoli lamanya. Bahkan Twitter saja mengalami penurunan drastis akibat lahirnya Instagram, karena itu mereka melakukan perubahan cara pandangnya yang ingin jadi Sosial Media melawan Facebook malah menjadi sosial media khusus berita. Lalu apakah orang Indonesia pernah memikirkan hal ini?

Banyak dari kita hanya berpikir bikin, bikin dan bikin, tapi tidak mengerti esensi bisnis di dalamnya. Kita hanya taunya si cina itu menduplikasi, tapi tidak pernah mau tau bagaimana mereka bisa sukses dengan menduplikasi. Kita hanya ingin tau depannya saja yang baik, tapi tidak pernah mau tau belakangnya yang menyusahkan.

Dari sekian banyak penyebab-penyebab orang gak mau bikin sosial media pengganti, yang utama adalah nilai bisnis yang terkandung. Bayangkan jika ada Facebook pengganti di Indonesia, apakah semudah itu mengalihkan dari sini ke sana? jawabannya TIDAK. Karena alasan yang muncul untuk pindah lebih sedikit ketimbang untuk tidak pindah.

Namun bukanlah berarti mustahil untuk dibuat, hanya saja kita kekurangan developer berkualitas, dana dan orang yang mau mengorbankan waktunya untuk hal yang mungkin saja lebih sia-sia ketimbang nyuci piring di rumah. Bagi saya sendiri, membuat sesuatu yang sudah ada adalah hal yang sia-sia.

Padahal pemerintah sudah mengkode-kodein untuk blokir banyak produk seperti Google dan Telegram, tapi tetap saja orang Indonesia memang tak akan mengambil resiko untuk mengandalkan pemerintah dalam hal ini untuk memblokir secara utuh agar bisnisnya berjalan.

Yang pasti kesimpulan hari ini adalah, menyaingi produk luar, jika disaingi memerlukan modal, effort besar-besaran, dukungan pemerintah dan konsumen yang kuat. Karena itu, membuat sesuatu yang sudah ada beresiko besar.