Welcome To My Blog. Arigatou

Selasa, 21 April 2015

Usaha Franchise Di indonesia

Usaha Franchise

Johny Andrean dengan J.Co Donuts and Coffe

Siapa yang tidak tahu tempat makan ini. Mungkin sebagian besar sudah pernah mendengar namanya, atau bahkan sudah sering mencicipi berbagai macam donat yang dihidangkan disana. J’Co Donut and Coffe merupakan sebuah tempat makan dimana makanan yang ditawarkan adalah donat. J’Co Donuts and Coffe ini pasti ada di kota-kota besar di Indonesia, baik itu di mall maupun dibeberapa bandara.

Siapa yang menyangka kalau ternyata J’CO Donut and Coffe adalah perusahaan makanan yang berasal dari Indonesia. Perusahaan ini berdiri pada tahun 2005 dan sampai sekarang sudah semakin maju dan sudah semakin banyak pelanggannya.

Tapi ternyata J’Co Donuts and Coffe tidak hanya bisa ditemukan di Indonesia saja, tapi bisa juga ditemukan dibeberapa negara Asia yang lain, seperti Malaysia, Tiongkok, Filipina, bahkan Singapura. Selain menawarkan berbagai macam aneka donut, J’Co Donuts and Coffe juga menawarkan berbagai macam aneka jenis kopi arabika dari berbagai negara, baik itu dari Indonesia, Kolombia, Kosta Rika, Brazil, dan Guatemala.


Agung Nugroho Susanto – Raja Laundry Kiloan Indonesia

Di semester 5 kuliahnya, ia nekad membangun bisnis. Berbekal modal sekitar 30 jutaan, laundry kiloan yang dinamainya Simply Fresh pun resmi ia dirikan di tahun 2006. Meski sempat terganjal larangan orang tua, dalam setahun ia mampu membuktikan bisa membuka 30 outlet. Kini setelah 5 tahun berlalu, ia telah emiliki lebih dari 165 outlet yang tersebar di 50 kota dengan omset milyaran. 

Masih muda, enerjik dan sudah berpenghasilan milyaran. Itulah Agung Nugroho Susanto. Pria kelahiran Bandar Lampung 15 November 1984 ini terbilang pejuang tangguh dan pekerja keras. Di usianya yang tergolong muda saat belum lulus kuliah, ia sudah sukses mengibarkan bendera bisnisnya. “Dulu saya sering tidak pernah tidur. Saya berobsesi bisa sukses kuliah dan bisnis, ternyata itu tercapai. Saya lulus kuliah dalam waktu 4 tahun. Bisnis pun berkembang pesat,” ucap sarjana hukum UGM ini.

Laundry memang bukan bisnis utama yang dilakoni Agung. Sebelumnya, ia juga sempat menjalankan usaha pakaian dan telepon seluler, tapi itu tak berlangsusng terlalu lama karena ia mengalami kegagalan. “ Bisnis saya bangkrut, namun saat itu saya melihat bisnis lain yang menjanjikan yakni laundry untuk kalangan mahasiswa. Dengan modal sisa dari usaha sebelumnya dan pinjaman, saya mulai membeli peralatan Laundry.

Saya pun berani menawarkan harga miring, hanya 2500 rupiah per kilonya, “kisah Agung. Dampaknya, bisnis binatunya pun diburu mahasiswa. Agung pun semakin bergairah melakukan berbagai inovasi. “Dalam sebulan, langganan saya cukup banyak. Dari situ meski hanya berbekal peralatan seadanya dan dibantu dua karyawan, saya menawarkan cuci kilat 4 jam bisa diambil. Keputusan itu memang penuh resiko, saya jadi semakin sibuk. Kuliah iya cucian pun makin menumpuk,” kilahnya. Tapi tak cukup sampai disitu, bahkan karena pasar yang semakin bagus, ia nekat membuka outlet baru dengan modal pinjaman hasil menggadaikan STNK sepeda motor. Saat itu keuntungan dari laundrynya sekitar 8 jutaan per bulan.

Sayang, disaat bisnisnya sedang naik daun, orang tua malah melarangnya. Orang tuanya menginginkan Agung menjadi seorang pekerja kantoran. Hampir saja Agung mengubur mimpinya menjadi seorang pengusaha. “ Mereka menginginkan saya menjadi pegawai kantoran yang berdasi, bukan tukang cuci. Ayah saya kan seorang pengacara, saudara saya ada yang jadi jaksa dan dokter. Ya, akhirnya saya menurut saja. Saat lulus, saya melamar ke sebuah bank dan lolos seleksi, saya diterima. Tapi hasrat untuk berbisnis masih besar,” ucap anak ke tiga pasangan Agus Susanto dan Hermin Yulistyowati ini.

Dengan sedikit memelas Agung pun memohon kepada kedua orang tuanya untuk mengizinkan berbisnis. “Jelas orang tua tidak merestui. Tapi sebisa mungkin saya meyakinkan mereka dan akhirnya luluh juga. Saya minta diberi setahun saja kesempatan untuk berbisnis. Kalau gagal, saya siap turuti kemauan mereka dan mengubur dalam-dalam mimpi saya,” tegas pengagum kata-kata Albert Einstein, imajinasimu merupakan cuplikan dirimu di masa mendatang.

Agung pun pasang kuda-kuda, berbagai strategi ia terapkan untuk menyiasati kesuksesan bisnisnya. Ilmu bisnis ia pelajari secara otodidak dari buku-buku motivasi. Maklumlah ia bukan tamatan sekolah bisnis melainkann sarjana hukum. Kerja keras dan peras keringatnya tak sia-sia, karena ia dapat memenuhi janjinya. Dalam setahun bisnis binatu yang di-franchise-kannya meledak hingga 30 outlet. “Saya bangga bisa membuktikan pada orang tua bahwa saya mampu,” kata pria berkacamata ini.

165 Outlet di 50 Kota Mengusung jargon “Laundry kiloan kualitas berkelas” , setelah lima tahun, franchise laundry kiloannyapun makin menggurita dan menembus pasar nasional. Ekspansi yang dilakukan Agung tidak tanggung-tanggung, kini bisnisnya sudah merangsek ke 50 kota besar di Indonesia dengan lebih dari 165 outlet. “Outlet saya itu tersebar dari Aceh hingga Papua. Bahkan saya berobsesi menjelajah pasar manca negara,” beber peraih beragam penghargaan nasional ini seperti Rekor Spektakuler Waralaba Laundry Kiloan Pertama di Indonesia (2008), Top 10 Indonesia Young Entrepreneur Franchise Award (2009), The Best Bisnis Prospect Indonesia Franchise Start-Up Award (2009) dan sejumlah penghargaan lainnya.

Mengenai investasi franchise, Agung menerapkan 4 paket dari mulai harga 109 juta (paket standar), 129 juta (paket eksklusif), 170 juta (paket industri), dan 305 juta (paket platinium). Bendera bisnisnya pun sudah bernaung dibawah perusahaan PT Sushantco Indonesia dimana dirinya sebagai presdirnya. “Saya bersyukur, karena bisa mengembangkan bisnis ini dari nol,” pungkas pria yang telah memiliki 1000 karyawan dengan omset miliaran ini. Bahkan, ia juga sudah merambah ke bisnis lainnya seperti resto dann properti.

Kisah Agung Nugroho Susanto yang tetap kukuh mengikuti kata hatinya untuk berbisnis walau pada awalnya sang orang tua menentang (tapi akhirnya memberi restu) adalah sikap keras kepala yang positif. Tak peduli dalam bidang apapun, sikap keras kepala yang positif adalah modal penting untuk suksesnya tujuan hidup. Dengan sikap itu orang akan terus terpacu mencari jalan keluar walau sedang dirundung kesulitan.

Agung juga memiliki sifat positif lainnya yaitu sangat menghormati orang tuanya, walau kenginannya pada awalnya bertentangan dengan orang tuanya, namun ia tetap hormat. Namun tetap mencari akal untuk meluluhkan hati orangtuanya dan akhirnya orang tuanya memberi lampu hijau. Agung percaya bahwa restu orang tua adalah segalanya yang mampu membuatnya bisa mendaki jalan kesuksesan dengan lancar. Agung pun juga berhasil membuktikan bahwa hati nuraninya serta pilihan hidupnya mampu mengantarkannya pada keberhasilan melebihi apa yang diharapkan orang tuanya malahan.


Victor Giovan dengan minuman teh kempot

Bisnis aneka minuman cepat saji kian mengalir. Mulai mengusung merek pribadi hingga waralaba (franchise). Bahan dasarnya bisa susu, cincao, teh, sinom alias jamu, buah, hingga yang serba racikan sendiri. Bisnis teh kemasan siap saji misalnya, banyak diminati lantaran keuntungan yang diperoleh cukup besar, cara pembuatannya juga tak sulit.

Meracik teh yoghurt kini menjadi andalannya. Padahal, Victor Giovan Raihan, pelajar 18 tahun ini, semula hanya iseng-iseng saja membuat minuman yang memadukan teh dan susu fermentasi ini. Hasilnya, minuman olahannya ternyata memiliki banyak penggemar. “Modal awalnya Rp 3 juta dengan meminjam dari orangtua sekitar 2010. Saat ini per outlet paling apes menghasilkan Rp 2 juta per bulan. Outlet lain yang ramai bisa lebih dari itu,” aku pemilik merek Teh Kempot ini. Ide menamai Teh Kempot berasal dari cara orang minum teh kemasan dengan sedotan, jika teh terasa enak dan hampir habis pasti orang akan terus menyedot hingga bentuk pipinya kempot. Begitu kira-kira harapan Victor menjadikan teh yoghurt berasa paling yummy.

Sulung dua bersaudara yang bersekolah di SMA Negeri 1 Kepanjen ini memiliki 10 outlet yang dikelola sendiri dan 17 outlet yang dikelola oleh mitranya. Bermitra dengannya cukup bayar Rp 3,5 juta dan akan mendapatkan 1 paket booth (gerobak), alat masak dan 100 cup (gelas kemasan) pertama. Dua mitra diantaranya ada di Jakarta dan Palembang, lainnya tersebar di Kota Malang. “Saya belum berani menjual hak dagang secara franchise karena masih sangat pemula. Jujur saja bisnis teh kemasan siap saji ini marjin keuntungannya bisa 350 persen. Kalau kuliner seperti, Bakso Mercon yang sedang saya kelola, marjin keuntungannya hanya 100 persen,” lanjut putra pasangan Sri Winarsih dan Bambang Hermanto.

Victor memang lebih dulu mengelola bisnis bakso, ketimbang teh yoghurt. Outlet baksonya baru ada lima, kesemuanya ada di Malang. Tahun ini, ia berencana nambah lima outlet. Bisnis yang dikelolanya ini belakangan berkembang ke minuman. Alasannya sederhana, kalau orang makan bakso pasti butuh minum. “Saya coba beli daun teh setengah matang dari pemasok, saya kelola sendiri lalu saya mix dengan yoghurt (susu fermentasi). Ada rasa lemon tea, stoberi, dan cokelat,” ujar pria yang bermukim di Jl Panji II Kepanjen ini.
Per kemasan atau segelas teh yoghurt ukuran 250 ml dijual seharga Rp 2.000-2.500. Jumlah karyawan yang bekerja padanya kini tak kurang dari 50 orang, termasuk untuk outlet bakso dan teh yoghurt.

Setiap harinya, ia bisa menghabiskan 20 kg daun teh kering untuk diproduksi atau menjadi 70 gelas. Gula yang dibutuhkan 4 kg per outlet per hari. Sedangkan kebutuhan daging untuk bakso sekitar 20 kg per hari. “Usaha bakso tetap akan jadi core business saya karena omzetnya besar. Kalau teh hanya sampingan. Ke depan, saya akan tambah mitra di kota-kota besar, seperti Surabaya dan Sidoarjo,” lanjut Victor. 
Ia mengaku, jalan yang ia tempuh dari hasil kerja kerasnya kini membawa keberuntungan yang luar biasa di usianya yang masih belia. “Saya tidak tahu jika dulu saya mengikuti anjuran ayah untuk sekolah di kepolisian apa ‘omzet’nya akan sebesar ini. Keluarga besar saya semua di jalur angkatan bersenjata. Tapi saya tidak minat mengikuti jejak tersebut,” yakinnya.
Untuk perluasan usaha, Victor masih enggan mengajukan kredit kemana-mana. Pakai modal pribadi dan pinjam orangtua masih memungkinkan. “Toh bapak saya dapat fasilitas kredit dari bank, yakni kredit kepolisian. Saya pinjam dari situ juga,” pungkasnya.


Faktor-Faktor Yang Membuat Usaha Franchise Menjadi Sukses:
1. Adanya inovasi pada produk.
2. Minat yang tinggi oleh konsumen.
3. Keunikan dari produk itu sendiri.
4. Pemasaran yang tepat sasaran.
5. Lokasi yang strategis dan nyaman bagi pengunjung.

Faktor-Faktor Yang Membuat Usaha Franchise Menjadi  Kurang Sukses:
1. Tidak adanya inovasi produk.
2. Masyarakat atau konsumen yang kurang paham mengena produk.
3. Tidak adanya minat dari konsumen.
4. Kalah bersaing dengan usaha sejenis.
5. Kualitas yang kurang baik dari produk itu sendiri.
6. Pelayanan yang kurang memuaskan terhadap konsumen
7. Produk musiman 

Adapun Usaha franchise yang sukses membutuhkan people skill. Terdapat tiga indikator penting yang bisa dijadikan panduan, yaitu:
1. Brand yang sudah kuat dan dikenal
2. System, mulai dari sistem kontrol, payroll karyawan, sistem setoran harian.
3. Support terhadap manajemen, mulai dari rekrutmen karyawan, pencarian lokasi strategis, training karyawan, desain interior hingga quality control, supply bahan baku, dan memastikan semua berjalan sesuai standar.

Bagi anda yang telah mempunyai usaha sendiri dan berniat untuk mengubahnya menjadi franchise, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah mendapatkan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba. Menurut PP No. 42 Tahun 2007 tentang Waralaba, terdapat 6 syarat usaha waralaba yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Memiliki ciri khas usaha
2. Terbukti sudah memberikan keuntungan
3. Memberikan standar pelayanan dan barang dan/atau jasa yang ditawarkan secara tertulis
4. Mudah diajarkan dan diaplikasikan
5. Adanya dukungan yang berkesinambungan; dan
6. Hak Kekayaan Intelektual yang telah didaftarkan Sebelum sharing session ditutup, seidikit membagikan rahasia dari bisnis kuliner yang sukses, yaitu “Tiada Hari Tanpa Jualan, Haram Tidak Jualan Tiap Hari”.